Nostalgia Uber Cup 1996
Menjadi tim yang tidak dijagokan menjuarai sebuah turnamen adalah
keuntungan tersendiri untuk bermain lepas tanpa beban. Itu harusnya
menjadi motivasi tersendiri untuk tim Piala Uber Indonesia kali ini.
Maria Kristin dkk perlu semangat juang tinggi untuk membuktikan bahwa
mereka bukanlah tim lemah. Kondisi Tim Uber sekarang jauh lebih baik
jika dibandingkan kondisi tim putri tahun 2004 & 2006.
Dalam pertandingan beregu, bertabur pemain bintang bukanlah jaminan
untuk menjadi yang terbaik. Kebersamaan tim harus menjadi bagian yang
utama. Aura kejuaraan beregu sangat berbeda jauh dengan kejuaraan
perseorangan. Dalam kejuaraan beregu, hasil partai sebelumnya
berpengaruh terhadap pertandingan selanjutnya. Maka mental pemain akan
menjadi hal yang paling penting.
Nostalgia Piala Uber 1996
adalah contoh nyata. Tim Indonesia yang dimotori Susi Susanti mampu
keluar menjadi jawara walau banyak media baik dalam negeri maupun luar
negeri lebih menjagokan China. Memang prediksi tersebut tidaklah salah
sebab tim China waktu itu bermaterikan pemain kelas wahid. Ye Zhaoying
nangkring dinomor satu dunia sekaligus sebagai juara dunia 95 dan All
England 96. Ye masih ditopang oleh Wang Chen (7), Zhang Ning (9), dan
Han Jigna (4). Sementara sektor ganda, nama Ge Fei/Gu Jun sebagai
peringkat teratas yang merajai nomor ganda putri menambah kuatnya tembok
China. Nomor ganda masih ditambah Qin Yiyuan/Tang Yongsu yang
berperingkat 3 dunia.
Sementara materi tim Indonesia kalah jauh
bila berkaca dari peringkat dan hasil turnamen sebelumnya. Susi sang
lokomotif tim, sudah mulai turun prestasinya. Kecepatan dan reli-relinya
mulai mampu di antisipasi oleh lakar putri China. Susi saat itu berada
diperingkat ke 3. Gelar juara dunia dan All England bukan lagi miliknya.
Peran Susi disektor tunggal dibantu Mia Audina (11), Yuliani Sentosa
(13), Meluawati (29) dan Lydia Djaelawijaya. Sektor ganda diperkuat oleh
Elyza Nathanael/Zelin Resiana(8), Lili Tampi/Finarsih (12) dan Deyana
Lomban sebagai pemain cadangan.
Namun semangat juang dan
kebersamaan tim menjadi modal yang bisa mengalahkan predikat peringkat
dunia. Pamor Susi pun masih menjadi point plus kubu Indonesia.
Keberadaan Susi mampu meningkatkan moril tim yang kembali di kawal oleh
Lutfi Hamid sebagai pimpro. Mental baja pemain Indonesia mampu
membalikan ramalan banyak pihak.
Tahun itu Indonesia ada di
grup A bersama China dan Jepang. Kala itu sebagai juara bertahan
Indonesia masih diberi predikat seeded pertama. Sementara China ada di
seeded ke 3/4. Dalam penentuan juara dan runner up, Indonesia sengaja
menyimpan Susi. Maka Mia pun naik pangkat. Hasilnya bisa ditebak Mia dkk
icukur gundul 5-0 oleh China. Menjadi runner up grup A, Indonesia
dipertemukan dengan Korea Selatan sebagai juara Grup B dibabak
semifinal. Sementara China bertemu Denmark.
Korea Selatan
adalah tim yang dijagokan juara setelah China, sekaligus seeded ke 2.
Bang Soo Hyun dkk mempunyai prestasi yang lebih mumpuni dibandingkan
prestasi srikandi Indonesia. Namun pertemuan dengan Indonesia diajang
Uber kala itu menjadi anti klimak. Korea yang lebih diunggulkan digebuk
4-1. Bahkan Susi menang meyakinkan atas Bang 11-8 11-0, demikian halnya
dengan pasangan Elysa/Zelin yang tampil menawan saat mengalahkan ganda
Gil Yong Ah/Jang Hye Ock 15-6 15-3. Dan Mia mampu menutup kemenangan
setelah mengalahkan Kim Ji Hyun.
Partai semifinal lainnya,
China unggul telak atas Denmark 5-0. Akhirnya partai final kembali
mempertemulkan kembali Indonesia dan China seperti yang terjadi dua
tahun sebelumnya di Jakarta.
Final Uber Cup 1996
Sang
lokomotif tim Indonesia, Susi Susanti mampu meniupkan semangat perang.
Di partai perdana legenda Indonesia itu berhasil melaksanakan perannya.
Mental bajanya menjadi kunci kemenangan nan gemilang. Kekalahan set
pertama yang sangat telak 4-11 dibalas dengan perjuangan dan
kegigihanya. Set keduakekalahan sudah membayang dengan tertinggal 2-5,
namun semua berubah. Angka lima menjadi angka mati bagi Ye. Mental
pemainpun akhirnya menjadi kunci. Setelah mampu mencuri set kedua,
permainan Susi semakin menggila. Setengah set awal ditutup dengan skor
sempurna 6-0.
Perpindahan tempat makin mengukuhkan kedigdayaan
Susi, dengan unggul jauh 8-0. Ye sempat bangkit dan mengejar point
menjadi 8-5. Ye sebenarnya mampu untuk
terus mengejar. Namun istilah
'the winner splin' tiba-tiba merubah semuanya. Point Ye hampir menjadi
enam, ketika ia melancarkan dropshot yang tajam. Susi dengan perjuangan
yang ektra tinggi mampu mengembalikan bola dengan splin. Hanya selang
dua detik Susi bangkit, bola oleh Ye dismash ke kanan. Susi meraih
sembari menjatukan badan dan hanya bertumpu satu lutut. Bola masih
kembali. Entah apa yang ada dibenak Ye, dia hanya terpaku melihat arah
bola. Dan terkejut ketika bola jelas masuk. Dari kejadian itu mental Ye
benar-benar ambruk. Susi akhirnya unggul 11-5 diset akhir.
Semangat juang Susi menjadi panutan untuk partai selanjutnya. Elyza
Natahael/Zelin Resiana walau harus takluk dari the duble G, Ge Fei/Gu
Jun namun perjuanganya tak kalah hebat. Set pertama tanpa diduga
Elyza/Zelin mampu memenangkan dengan cukup meyakinkan 15-7. Set kedua
dibalas oleh Ge/Gu dengan skor 15-8. Separuh set akhir ganda utama
Indonesia ini sudah unggul 8-5, bahkan setelah pindah tempat Elyza/Zelin
telah unggul 12-8. Secara tak diduga Ge/Gu sukses mengejar. Kemenangan
didepan mata Elyza/Zelin pun sinar. Set ketiga ditutup dengan 15-12
untuk Ge/Gu.
Partai ketiga, sang hercules Indonesia Mia Audina
berebut point dengan Wang Chen. Mia bermain sangat taktis. Semangat
juang sang kayak, Susi Susanti menjadi pemacu adrenalinya untuk
memperoleh kemenangan. Piala Uber 94 menjadi pengalaman berharga
baginya. Mia akhirnya menjadikan point 2-1 untuk Indonesia setelah
unggul 11-4 11-6 atas Wang.
Kemenangan Mia membuat Indonesia
hanya butuh satu kemenangan lagi untuk meraih sekaligus mempertahankan
Piala Uber. Partai ganda kedua menjadi kunci penentu kemenangan
Indonesia. Lili Tampi/Finarsih membalas kekalahan meraka dibabak
penyisihan atas Qin Yiyuan/Tang Yongsu. Kematangan mental kembali
mementahkan kelebihan teknik dan usia. Lili/Finarsih berhasil tampil
gemilang. Kemenangan 15-9 15-10 mengantarkan Indonesia kembali merebut
lambang supremasi beregu putri. Partai terakhirpun masih menjadi milik
Indonesia. Meluawati yang hanya berperingkat 29 dunia tak
disangka-sangka menaklukan Zhang Ning yang berperingakt jauh diatasnya
yaitu 9 dunia. Skor kemenangan Meluawati sangat meyakinkan 11-6 11-2.
Kemenangan Indonesia menjadi bukti bahwa kebersamaan tim dan semangat
juang untuk menang adalah utama. Ramalan media mampu dipatahkan. Semoga
tim Uber Indonesia kali ini bisa mencontoh nostalgia Uber cup 96.
Manager Uber Cup, Susi bisa jadi kekuatan tersendiri walau bukan menjadi
pemain kali ini.
Best moment of Susi facing Ye Zhaoying!
BalasHapus