Senin, 27 Februari 2012

Nostalgia Uber Cup 1996


Menjadi tim yang tidak dijagokan menjuarai sebuah turnamen adalah keuntungan tersendiri untuk bermain lepas tanpa beban. Itu harusnya menjadi motivasi tersendiri untuk tim Piala Uber Indonesia kali ini. Maria Kristin dkk perlu semangat juang tinggi untuk membuktikan bahwa mereka bukanlah tim lemah. Kondisi Tim Uber sekarang jauh lebih baik jika dibandingkan kondisi tim putri tahun 2004 & 2006.

Dalam pertandingan beregu, bertabur pemain bintang bukanlah jaminan untuk menjadi yang terbaik. Kebersamaan tim harus menjadi bagian yang utama. Aura kejuaraan beregu sangat berbeda jauh dengan kejuaraan perseorangan. Dalam kejuaraan beregu, hasil partai sebelumnya berpengaruh terhadap pertandingan selanjutnya. Maka mental pemain akan menjadi hal yang paling penting.

Nostalgia Piala Uber 1996 adalah contoh nyata. Tim Indonesia yang dimotori Susi Susanti mampu keluar menjadi jawara walau banyak media baik dalam negeri maupun luar negeri lebih menjagokan China. Memang prediksi tersebut tidaklah salah sebab tim China waktu itu bermaterikan pemain kelas wahid. Ye Zhaoying nangkring dinomor satu dunia sekaligus sebagai juara dunia 95 dan All England 96. Ye masih ditopang oleh Wang Chen (7), Zhang Ning (9), dan Han Jigna (4). Sementara sektor ganda, nama Ge Fei/Gu Jun sebagai peringkat teratas yang merajai nomor ganda putri menambah kuatnya tembok China. Nomor ganda masih ditambah Qin Yiyuan/Tang Yongsu yang berperingkat 3 dunia.

Sementara materi tim Indonesia kalah jauh bila berkaca dari peringkat dan hasil turnamen sebelumnya. Susi sang lokomotif tim, sudah mulai turun prestasinya. Kecepatan dan reli-relinya mulai mampu di antisipasi oleh lakar putri China. Susi saat itu berada diperingkat ke 3. Gelar juara dunia dan All England bukan lagi miliknya. Peran Susi disektor tunggal dibantu Mia Audina (11), Yuliani Sentosa (13), Meluawati (29) dan Lydia Djaelawijaya. Sektor ganda diperkuat oleh Elyza Nathanael/Zelin Resiana(8), Lili Tampi/Finarsih (12) dan Deyana Lomban sebagai pemain cadangan.

Namun semangat juang dan kebersamaan tim menjadi modal yang bisa mengalahkan predikat peringkat dunia. Pamor Susi pun masih menjadi point plus kubu Indonesia. Keberadaan Susi mampu meningkatkan moril tim yang kembali di kawal oleh Lutfi Hamid sebagai pimpro. Mental baja pemain Indonesia mampu membalikan ramalan banyak pihak.

Tahun itu Indonesia ada di grup A bersama China dan Jepang. Kala itu sebagai juara bertahan Indonesia masih diberi predikat seeded pertama. Sementara China ada di seeded ke 3/4. Dalam penentuan juara dan runner up, Indonesia sengaja menyimpan Susi. Maka Mia pun naik pangkat. Hasilnya bisa ditebak Mia dkk icukur gundul 5-0 oleh China. Menjadi runner up grup A, Indonesia dipertemukan dengan Korea Selatan sebagai juara Grup B dibabak semifinal. Sementara China bertemu Denmark.

Korea Selatan adalah tim yang dijagokan juara setelah China, sekaligus seeded ke 2. Bang Soo Hyun dkk mempunyai prestasi yang lebih mumpuni dibandingkan prestasi srikandi Indonesia. Namun pertemuan dengan Indonesia diajang Uber kala itu menjadi anti klimak. Korea yang lebih diunggulkan digebuk 4-1. Bahkan Susi menang meyakinkan atas Bang 11-8 11-0, demikian halnya dengan pasangan Elysa/Zelin yang tampil menawan saat mengalahkan ganda Gil Yong Ah/Jang Hye Ock 15-6 15-3. Dan Mia mampu menutup kemenangan setelah mengalahkan Kim Ji Hyun.

Partai semifinal lainnya, China unggul telak atas Denmark 5-0. Akhirnya partai final kembali mempertemulkan kembali Indonesia dan China seperti yang terjadi dua tahun sebelumnya di Jakarta.

Final Uber Cup 1996

Sang lokomotif tim Indonesia, Susi Susanti mampu meniupkan semangat perang. Di partai perdana legenda Indonesia itu berhasil melaksanakan perannya. Mental bajanya menjadi kunci kemenangan nan gemilang. Kekalahan set pertama yang sangat telak 4-11 dibalas dengan perjuangan dan kegigihanya. Set keduakekalahan sudah membayang dengan tertinggal 2-5, namun semua berubah. Angka lima menjadi angka mati bagi Ye. Mental pemainpun akhirnya menjadi kunci. Setelah mampu mencuri set kedua, permainan Susi semakin menggila. Setengah set awal ditutup dengan skor sempurna 6-0.

Perpindahan tempat makin mengukuhkan kedigdayaan Susi, dengan unggul jauh 8-0. Ye sempat bangkit dan mengejar point menjadi 8-5. Ye sebenarnya mampu untuk
terus mengejar. Namun istilah 'the winner splin' tiba-tiba merubah semuanya. Point Ye hampir menjadi enam, ketika ia melancarkan dropshot yang tajam. Susi dengan perjuangan yang ektra tinggi mampu mengembalikan bola dengan splin. Hanya selang dua detik Susi bangkit, bola oleh Ye dismash ke kanan. Susi meraih sembari menjatukan badan dan hanya bertumpu satu lutut. Bola masih kembali. Entah apa yang ada dibenak Ye, dia hanya terpaku melihat arah bola. Dan terkejut ketika bola jelas masuk. Dari kejadian itu mental Ye benar-benar ambruk. Susi akhirnya unggul 11-5 diset akhir.

Semangat juang Susi menjadi panutan untuk partai selanjutnya. Elyza Natahael/Zelin Resiana walau harus takluk dari the duble G, Ge Fei/Gu Jun namun perjuanganya tak kalah hebat. Set pertama tanpa diduga Elyza/Zelin mampu memenangkan dengan cukup meyakinkan 15-7. Set kedua dibalas oleh Ge/Gu dengan skor 15-8. Separuh set akhir ganda utama Indonesia ini sudah unggul 8-5, bahkan setelah pindah tempat Elyza/Zelin telah unggul 12-8. Secara tak diduga Ge/Gu sukses mengejar. Kemenangan didepan mata Elyza/Zelin pun sinar. Set ketiga ditutup dengan 15-12 untuk Ge/Gu.

Partai ketiga, sang hercules Indonesia Mia Audina berebut point dengan Wang Chen. Mia bermain sangat taktis. Semangat juang sang kayak, Susi Susanti menjadi pemacu adrenalinya untuk memperoleh kemenangan. Piala Uber 94 menjadi pengalaman berharga baginya. Mia akhirnya menjadikan point 2-1 untuk Indonesia setelah unggul 11-4 11-6 atas Wang.

Kemenangan Mia membuat Indonesia hanya butuh satu kemenangan lagi untuk meraih sekaligus mempertahankan Piala Uber. Partai ganda kedua menjadi kunci penentu kemenangan Indonesia. Lili Tampi/Finarsih membalas kekalahan meraka dibabak penyisihan atas Qin Yiyuan/Tang Yongsu. Kematangan mental kembali mementahkan kelebihan teknik dan usia. Lili/Finarsih berhasil tampil gemilang. Kemenangan 15-9 15-10 mengantarkan Indonesia kembali merebut lambang supremasi beregu putri. Partai terakhirpun masih menjadi milik Indonesia. Meluawati yang hanya berperingkat 29 dunia tak disangka-sangka menaklukan Zhang Ning yang berperingakt jauh diatasnya yaitu 9 dunia. Skor kemenangan Meluawati sangat meyakinkan 11-6 11-2.

Kemenangan Indonesia menjadi bukti bahwa kebersamaan tim dan semangat juang untuk menang adalah utama. Ramalan media mampu dipatahkan. Semoga tim Uber Indonesia kali ini bisa mencontoh nostalgia Uber cup 96. Manager Uber Cup, Susi bisa jadi kekuatan tersendiri walau bukan menjadi pemain kali ini.

1 komentar: